MEDIA
SOSIAL BAK BOLA API
Bola api tak pernah
sepi dari ritual penggiringan. Dimainkan, dipentalkan kesana-kemari.
Penontonpun tak luput termakan antusias menyaksikannya. Kata banyak orang, itu
permainan bagus. Kita harus saksikan itu. Adalagi yang sekedar manggut-manggut
tersenyum tipis menyaksikan permainan itu. Yang sebagian lagi tersenyum fake menyaksikannya. Karena tau, bola api itu
memang sengaja digiring biar semua pemain kena panasnya. Aku sendiri hanya bisa
tersenyum. Betapa hebat kekuatan sebuah bola api. Politisi, akademisi, bahkan
aktivis bisa saja terlibat di dalamnya. Atau bahkan kebanyakan yang terjebak
dalam antusisame sesaat adalah rakyat biasa yang memang sedikit berkutik dengan
lapangan bola api. Bahkan untuk sekedar menilik issu melalui gadget pun masih
terbilang kalah porsi dengan televisi. Iya, masyarakat yang kurang up-to-date
dengan teknologi ponsel genggam, mereka akan lebih sering menggunakan televise
untuk menyimak issu-issu hangat dalam negeri.
Bola api itu adalah hoax.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘hoax’
adalah ‘berita bohong.’ Dalam Oxford English dictionary, ‘hoax’
didefinisikan sebagai ‘malicious deception’ atau ‘kebohongan yang
dibuat dengan tujuan jahat’ macam-macam hoax diantaranya . (https://www.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/181912-sketsatorial-apa-itu-hoax):
Ø Hoax
proper
Hoax dalam definisi
termurninya adalah berita bohong yang dibuat secara sengaja. Pembuatnya tahu
bahwa berita itu bohong dan bermaksud untuk menipu orang dengan beritanya.
Ø Judul
heboh tapi berbeda dengan isi berita
Kebiasaan buruk banyak netizen adalah hanya
membaca headline berita tanpa membaca isinya. Banyak beredar artikel yang
isinya benar tapi diberi judul yang heboh dan provokatif yang sebenarnya tidak
sama dengan isi artikelnya.
Ø Berita
benar dalam konteks menyesatkan
Kadang-kadang berita benar yang sudah lama
diterbitkan bisa beredar lagi di sosial media. Ini membuat kesan bahwa berita
itu baru terjadi dan bisa menyesatkan orang yang tidak mengecek kembali
tanggalnya
Hoax masih menjadi
sasaran empuk bagi orang-orang berkepentingan untuk sekedar menggulirkan sebuah
issu. Hoax mencakup ranah yang luas. Bahkan tidak hanya sekedar politik, untuk
sekedar info-info kesehatan saja, banyak hoax dibuat-buat entah apa tujuannya. Misalnya
artikel di bawah ini:
Penting untuk para wanita:
"Perbedaan Antara Tissue Toilet
(gulungan) Dgn Tissue Muka (lembaran, di-bungkus plastik)"
Mungkin anda tdk tahu kalau tisu muka
mengandung tepung talcum yg dpt menyebabkan kanker ovarium (indung telur).
Jadi ini bukan perbedaan obyek penggunaan
kertas tisu toilet dengan kertas tisu muka (di wajah) saja.
Kertas tisu muka disebut kertas tisu muka
karena memang hanya untuk pemakaian di wajah. Sedangkan kertas tisu toilet
(gulungan) disebut kertas tisu toilet karena memang dibuat untuk kebutuhan
buang air.
Keduanya dibuat dari bahan bubur kertas
dan melalui proses desinfeksi, jika pada kertas tisu toilet tidak ada
ditambahkan bahan lain, sedangkan pada kertas tisu muka ada ditambahkan Wet
Strength Agent (bahan tahan basah), ini membuat kertas tisu muka tidak mudah
hancur dalam air, jadi tidak cocok untuk dibuang ke dalam tempat buang air
besar, juga ada ditambahkan dengan Softening Agent (bahan pelembut) dan Surface
Active Agent (bahan pengaktif permukaan), serta abu kertasnya tbanyak, umumnya orang
menganggap kalau mutu kertas tisu muka adalah lebih baik karena telah
ditambahkan bahan-bahan tersebut dalam proses pembuatannya, dikarenakan biaya
produksinya tinggi sudah tentu harga jual juga lebih mahal, namun kertas tisu
muka Tidak Boleh dipergunakan sebagai kertas tisu toilet, terutama kaum wanita
jangan sesekali mempergunakannya untuk membersihkan atau mengeringkan bagian
"bawah" tubuh.
Itulah perbedaan Antara Tissue Toilet
(gulungan) Dengan Tissue Muka (lembaran, di-bgkus plastik). Dengan semangat
kepedulian, sebarkan ke teman2 ya...tks. Mulai sekarang bawalah tisu gulung ke
mana2...karton di dalamnya bisa di lepas shg jadi lbh ringkes dan tdk terlalu
penuh di tas kita... Atau bawa secukupnya saja.
FAKTA:
Jakarta - Seusai buang air kecil, para
perempuan biasanya menggunakan kertas tisu untuk membersihkan atau mengeringkan
organ genitalnya. Celakanya, penggunaan jenis tisu tertentu seperti tisu wajah
diyakini bisa memicu kanker ovarium. Benarkah?
Imbauan soal risiko kanker ovarium atau
indung telur akibat menggunakan tisu wajah untuk cebok belakangan ini banyak
beredar melalui broadcast message. Dikatakan bahwa tisu wajah
mengandung talcum (bedak talk), yakni bahan tambahan yang bisa menyebabkan
kanker.
"Sebenarnya itu (hubungan talcum dan
kanker) hipotesis lama, tetapi tidak pernah ada buktinya. Jadi nggak usah
khawatir," kata Dr Sigit Purbadi, SpOG(K)Onk, dokter kandungan dan juga
konsultan onkologi dari RS Cipto Mangunkusumo saat dihubungi detikHealth,
seperti ditulis Jumat (9/11/2012).
Dijelaskan oleh Dr Sigit, berdasarkan
penyebabnya kanker ovarium ada 2 jenis dan tidak ada satupun yang terbukti
berhubungan dengan talcum. Jenis yang pertama adalah kanker ovarium yang tidak
diketahui sebabnya, sedangkan jenis kedua berhubungan dengan Hereditary
Breast-Ovarian Cancer Syndromes (HBOC).
Risiko tinggi untuk terkena kanker ovarium
jenis kedua atau HBOC-Syndromes dimiliki oleh perempuan yang dalam keluarganya
ada riwayat kanker payudara, usus atau indung telur itu sendiri. Namun
ditegaskan lagi, risiko tersebut tidak berhubungan dengan penggunaan tisu untuk
cebok.
"Nggak ada hubungannya,
orang itu organnya (indung telur) ada di dalam kok," tambah Dr Sigit.
Broadcast message atau pesan berantai tersebut beredar
luas melalui berbagai layanan pesan singkat termasuk Blackberry
Messenger (BBM). Tak pelak, pesan yang tidak jelas asal-usulnya itu
membuat resah sebagian orang yang sering memanfaatkan tisu wajah untuk cebok.
Dikatakan pula dalam pesan tersebut bahwa
selain mengandung talcum, tisu wajah yang dijual dalam bentuk lembaran
dibungkus plastik juga memiliki kandungan bahan tambahan lain yang tidak ada di
tisu toilet. Di antaranya adalah Surface Active Agent (SAA), Wet
Strength Agent dan Softening Agent.
Selengkapnya, berikut ini kutipan utuh
broadcast message tentang tisu untuk cebok yang diterima detikHealth:
Itu adalah salah satu hoax dalam bidang kesehatan
yang sudah tersebar. Lalu bagaimana upaya yang harus dilakukan agar tidak
termakan oleh berita-berita hoax?
Dalam Islam, telah dijelaskan bahwa,
"Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik,
orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan
kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu
(untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah)
melainkan dalam waktu yang sebentar, dalam keadaan terlaknat. Dimana saja
mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya" (QS.
al-Ahzaab 33 : 60-61).
Jadi sebenarnya, fenomena hoax
bukanlah hal yang mengagetkan. Karena dari 14 abad yang lalu, Alquran telah
mengantisipasinya sebelum hoax versi media massa merebak. Untuk itulah, ketika
kita mendapatkan suatu berita, entah dalam bentuk broadcast ataupun pesan pribadi, maka yang harus kita lakukan
adalah tabayyun dan tatsabbut. Apa
itu tabayyun?
Imam Asy Syaukani rahimahullah berkata, “Yang
dimaksud dengan tabayyun adalah
memeriksa dengan teliti dan yang dimaksud dengan tatsabbut adalah berhati-hati dan
tidak tergesa-gesa, melihat dengan keilmuan yang dalam terhadap sebuah
peristiwa dan kabar yang datang, sampai menjadi jelas dan terang
baginya”
( https://wahyuadiwinata.blogspot.com/2017/09/pengertian-tabayyun-tabayyun-adalah-arti-tabayyun.html
)
Dalam Alquran dijelaskan kembali,
dalam surat Al Hujurat:
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu" (TQS.al-Hujurat 49 :
6)
Kiat-kiat yang dapat dilakukan
diantaranya adalah (https://nasional.kompas.com/read/2017/11/07/08020091/cara-cerdas-mencegah-penyebaran-hoax-di-media-sosial):
·
Cermati alamat situs
Untuk
informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat
URL situs dimaksud. Berita yang berasal dari situs media yang sudah
terverifikasi Dewan Pers akan lebih mudah diminta pertanggungjawabannya.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di
Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah
terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya, terdapat
setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di
internet yang mesti diwaspadai.
·
Periksa fakta
Perhatikan
dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi
seperti KPK atau Polri? Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika
hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh. Hal
lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan
fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan
bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita, sehingga
memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
·
Cek keaslian foto
Di era
teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa
dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya
pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Cara untuk
mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni
dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil
pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet
sehingga bisa dibandingkan.
·
Ikut Dalam grup diskusi anti-hoax
Di Facebook terdapat
sejumlah fanpage dan grup diskusi anti-hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut,
dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage
Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci. Di grup-grup diskusi ini, warganet bisa
ikut bertanya, apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus
melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain.
Adapun menurut versi Rappler, hal-hal yang bisa dilakukan
adalah:
- Rutinlah membaca berita dari media yang well-established dan
dihormati.
- Orang yang paling rentan hoax adalah
orang yang jarang mengonsumsi berita.
- Kalau suatu berita kedengarannya tidak mungkin, bacalah
dengan lebih teliti karena seringkali itu karena memang itu tidak mungkin.
- Jangan share artikel/foto/pesan
berantai tanpa membaca sepenuhnya dan yakin akan kebenarannya.
Selain menghindari
berita hoax, kita sendiri juga harus bijak dalam menggunakan media sosial.
Diantaranya dengan cara:
ü Berikan
informasi yang positif dan tidak mudah termakan hoax.
Tidak masalah jika Anda tidak memiliki banyak
teman atau penggemar di sosmed, yang terpenting adalah tidak ada orang yang
membenci anda hanya karena postingan Anda di sosmed. Pengguna sosmed yang
cerdas akan menggunakan sosmednya untuk hal yang positif juga seperti
memberikan informasi positif yang tidak memicu perdebatan dan bukan hoax.
Sebab, sebaik apapun informasi yang Anda bagikan jika itu merupakan hoax tentu
juga akan menyesatkan. Jadi pastikan untuk men-share berita/info dari
situs-situs yang kredibel.
ü Kurangi
pamer hal-hal tidak bermanfaat.
Sudah bukan hal rahasia lagi jika sosial
media menjadi ajang pamer bagi sebagian orang. Ada pamer yang sebenarnya
bermanfaat seperti pamer kegiatan sosial dengan caption yang persuasif alias
mengajak orang lain untuk sama-sama melakukan kegiatan serupa. Ada juga pamer
yang kurang penting atau sebaiknya tidak dilakukan secara berlebihan seperti
pamer segala sesuatu yang mewah atau lebih menuju ke gaya hidup hedonisme.
Selain terkadang membuat orang lain risih, Anda pun juga bisa dicap sebagai
orang yang sombong. Jadi ‘pamer’lah seperlunya dan pada tempatnya saja.
·
Hentikan kebiasaan “curhat” di sosmed.
Bagi sebagian orang yang suka ‘caper’ alias
cari perhatian, sosmed jadi ajang untuk berkeluh kesah dan curhat. Jika
sesekali saja mungkin tidak masalah, tapi jika terus menerus tentu bisa membuat
orang lain risih. Tahukah Anda bahwa 90% teman di sosmed Anda tidak peduli
dengan keluh kesah Anda? Jadi sebaiknya hentikan kebiasaan menumpahkan keluh
kesah di sosmed, sebaliknya tunjukkan bahwa Anda orang yang tegar dan kuat.
·
Gunakan untuk hal-hal positif.
Jadikan sosial media untuk melakukan
kegiatan yang positif dan membawa manfaat seperti menambah kenalan atau teman,
memperoleh informasi penting, jual beli online atau sebagai ajang untuk
menunjukkan karya-karya Anda. Dengan demikian, sosmed membawa keuntungan
tersendiri bagi Anda. Namun tetap gunakan sosmed secukupnya atau tidak
berlebihan sehingga tidak mengganggu kegiatan Anda di dunia nyata. Menggunakan
sosmed dengan baik dan bijak adalah ciri netizen yang cerdas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar