Selasa, 17 April 2018


MEDIA SOSIAL BAK BOLA API
YULIA EKA SAPUTRI G000150131



Bola api tak pernah sepi dari ritual penggiringan. Dimainkan, dipentalkan kesana-kemari. Penontonpun tak luput termakan antusias menyaksikannya. Kata banyak orang, itu permainan bagus. Kita harus saksikan itu. Adalagi yang sekedar manggut-manggut tersenyum tipis menyaksikan permainan itu. Yang sebagian lagi tersenyum fake  menyaksikannya. Karena tau, bola api itu memang sengaja digiring biar semua pemain kena panasnya. Aku sendiri hanya bisa tersenyum. Betapa hebat kekuatan sebuah bola api. Politisi, akademisi, bahkan aktivis bisa saja terlibat di dalamnya. Atau bahkan kebanyakan yang terjebak dalam antusisame sesaat adalah rakyat biasa yang memang sedikit berkutik dengan lapangan bola api. Bahkan untuk sekedar menilik issu melalui gadget pun masih terbilang kalah porsi dengan televisi. Iya, masyarakat yang kurang up-to-date dengan teknologi ponsel genggam, mereka akan lebih sering menggunakan televise untuk menyimak issu-issu hangat dalam negeri.
Bola api itu adalah hoax. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘hoax’ adalah ‘berita bohong.’ Dalam Oxford English dictionary, ‘hoax’ didefinisikan sebagai ‘malicious deception’ atau ‘kebohongan yang dibuat dengan tujuan jahat’ macam-macam hoax diantaranya . (https://www.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/181912-sketsatorial-apa-itu-hoax):
Ø  Hoax proper
Hoax dalam definisi termurninya adalah berita bohong yang dibuat secara sengaja. Pembuatnya tahu bahwa berita itu bohong dan bermaksud untuk menipu orang dengan beritanya.
Ø  Judul heboh tapi berbeda dengan isi berita
Kebiasaan buruk banyak netizen adalah hanya membaca headline berita tanpa membaca isinya. Banyak beredar artikel yang isinya benar tapi diberi judul yang heboh dan provokatif yang sebenarnya tidak sama dengan isi artikelnya.
Ø  Berita benar dalam konteks menyesatkan
Kadang-kadang berita benar yang sudah lama diterbitkan bisa beredar lagi di sosial media. Ini membuat kesan bahwa berita itu baru terjadi dan bisa menyesatkan orang yang tidak mengecek kembali tanggalnya
Hoax masih menjadi sasaran empuk bagi orang-orang berkepentingan untuk sekedar menggulirkan sebuah issu. Hoax mencakup ranah yang luas. Bahkan tidak hanya sekedar politik, untuk sekedar info-info kesehatan saja, banyak hoax dibuat-buat entah apa tujuannya. Misalnya artikel di bawah ini:

Penting untuk para wanita:

"Perbedaan Antara Tissue Toilet (gulungan) Dgn Tissue Muka (lembaran, di-bungkus plastik)"
Mungkin anda tdk tahu kalau tisu muka mengandung tepung talcum yg dpt menyebabkan kanker ovarium (indung telur).
Jadi ini bukan perbedaan obyek penggunaan kertas tisu toilet dengan kertas tisu muka (di wajah) saja.

Kertas tisu muka disebut kertas tisu muka karena memang hanya untuk pemakaian di wajah. Sedangkan kertas tisu toilet (gulungan) disebut kertas tisu toilet karena memang dibuat untuk kebutuhan buang air.

Keduanya dibuat dari bahan bubur kertas dan melalui proses desinfeksi, jika pada kertas tisu toilet tidak ada ditambahkan bahan lain, sedangkan pada kertas tisu muka ada ditambahkan Wet Strength Agent (bahan tahan basah), ini membuat kertas tisu muka tidak mudah hancur dalam air, jadi tidak cocok untuk dibuang ke dalam tempat buang air besar, juga ada ditambahkan dengan Softening Agent (bahan pelembut) dan Surface Active Agent (bahan pengaktif permukaan), serta abu kertasnya tbanyak, umumnya orang menganggap kalau mutu kertas tisu muka adalah lebih baik karena telah ditambahkan bahan-bahan tersebut dalam proses pembuatannya, dikarenakan biaya produksinya tinggi sudah tentu harga jual juga lebih mahal, namun kertas tisu muka Tidak Boleh dipergunakan sebagai kertas tisu toilet, terutama kaum wanita jangan sesekali mempergunakannya untuk membersihkan atau mengeringkan bagian "bawah" tubuh.

Itulah perbedaan Antara Tissue Toilet (gulungan) Dengan Tissue Muka (lembaran, di-bgkus plastik). Dengan semangat kepedulian, sebarkan ke teman2 ya...tks. Mulai sekarang bawalah tisu gulung ke mana2...karton di dalamnya bisa di lepas shg jadi lbh ringkes dan tdk terlalu penuh di tas kita... Atau bawa secukupnya saja.

FAKTA:
Jakarta - Seusai buang air kecil, para perempuan biasanya menggunakan kertas tisu untuk membersihkan atau mengeringkan organ genitalnya. Celakanya, penggunaan jenis tisu tertentu seperti tisu wajah diyakini bisa memicu kanker ovarium. Benarkah?


Imbauan soal risiko kanker ovarium atau indung telur akibat menggunakan tisu wajah untuk cebok belakangan ini banyak beredar melalui broadcast message. Dikatakan bahwa tisu wajah mengandung talcum (bedak talk), yakni bahan tambahan yang bisa menyebabkan kanker.

"Sebenarnya itu (hubungan talcum dan kanker) hipotesis lama, tetapi tidak pernah ada buktinya. Jadi nggak usah khawatir," kata Dr Sigit Purbadi, SpOG(K)Onk, dokter kandungan dan juga konsultan onkologi dari RS Cipto Mangunkusumo saat dihubungi detikHealth, seperti ditulis Jumat (9/11/2012).

Dijelaskan oleh Dr Sigit, berdasarkan penyebabnya kanker ovarium ada 2 jenis dan tidak ada satupun yang terbukti berhubungan dengan talcum. Jenis yang pertama adalah kanker ovarium yang tidak diketahui sebabnya, sedangkan jenis kedua berhubungan dengan Hereditary Breast-Ovarian Cancer Syndromes (HBOC).

Risiko tinggi untuk terkena kanker ovarium jenis kedua atau HBOC-Syndromes dimiliki oleh perempuan yang dalam keluarganya ada riwayat kanker payudara, usus atau indung telur itu sendiri. Namun ditegaskan lagi, risiko tersebut tidak berhubungan dengan penggunaan tisu untuk cebok.

"Nggak ada hubungannya, orang itu organnya (indung telur) ada di dalam kok," tambah Dr Sigit.

Broadcast message atau pesan berantai tersebut beredar luas melalui berbagai layanan pesan singkat termasuk Blackberry Messenger (BBM). Tak pelak, pesan yang tidak jelas asal-usulnya itu membuat resah sebagian orang yang sering memanfaatkan tisu wajah untuk cebok.

Dikatakan pula dalam pesan tersebut bahwa selain mengandung talcum, tisu wajah yang dijual dalam bentuk lembaran dibungkus plastik juga memiliki kandungan bahan tambahan lain yang tidak ada di tisu toilet. Di antaranya adalah Surface Active Agent (SAA), Wet Strength Agent dan Softening Agent.

Selengkapnya, berikut ini kutipan utuh broadcast message tentang tisu untuk cebok yang diterima detikHealth:



Itu adalah salah satu hoax dalam bidang kesehatan yang sudah tersebar. Lalu bagaimana upaya yang harus dilakukan agar tidak termakan oleh berita-berita hoax?
Dalam Islam, telah dijelaskan bahwa,
"Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik, orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar, dalam keadaan terlaknat. Dimana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya" (QS. al-Ahzaab 33 : 60-61).
Jadi sebenarnya, fenomena hoax bukanlah hal yang mengagetkan. Karena dari 14 abad yang lalu, Alquran telah mengantisipasinya sebelum hoax versi media massa merebak. Untuk itulah, ketika kita mendapatkan suatu berita, entah dalam bentuk broadcast ataupun pesan pribadi, maka yang harus kita lakukan adalah tabayyun dan tatsabbut. Apa itu tabayyun?
Imam Asy Syaukani rahimahullah berkata,  “Yang dimaksud dengan tabayyun adalah memeriksa dengan teliti dan yang dimaksud dengan tatsabbut adalah berhati-hati dan tidak tergesa-gesa, melihat dengan keilmuan yang dalam terhadap sebuah peristiwa dan kabar yang datang, sampai menjadi jelas dan terang baginya
Dalam Alquran dijelaskan kembali, dalam surat Al Hujurat:
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu" (TQS.al-Hujurat 49 : 6) 
·         Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Berita yang berasal dari situs media yang sudah terverifikasi Dewan Pers akan lebih mudah diminta pertanggungjawabannya. Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya, terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.
·         Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri?  Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita, sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
·         Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.  
·         Ikut Dalam grup diskusi anti-hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti-hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci. Di grup-grup diskusi ini, warganet bisa ikut bertanya, apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain.
Adapun menurut versi Rappler, hal-hal yang bisa dilakukan adalah:
  • Rutinlah membaca berita dari media yang well-established dan dihormati.
  • Orang yang paling rentan hoax adalah orang yang jarang mengonsumsi berita.
  • Kalau suatu berita kedengarannya tidak mungkin, bacalah dengan lebih teliti karena seringkali itu karena memang itu tidak mungkin.
  • Jangan share artikel/foto/pesan berantai tanpa membaca sepenuhnya dan yakin akan kebenarannya.
Selain menghindari berita hoax, kita sendiri juga harus bijak dalam menggunakan media sosial. Diantaranya dengan cara:
ü  Berikan informasi yang positif dan tidak mudah termakan hoax.
Tidak masalah jika Anda tidak memiliki banyak teman atau penggemar di sosmed, yang terpenting adalah tidak ada orang yang membenci anda hanya karena postingan Anda di sosmed. Pengguna sosmed yang cerdas akan menggunakan sosmednya untuk hal yang positif juga seperti memberikan informasi positif yang tidak memicu perdebatan dan bukan hoax. Sebab, sebaik apapun informasi yang Anda bagikan jika itu merupakan hoax tentu juga akan menyesatkan. Jadi pastikan untuk men-share berita/info dari situs-situs yang kredibel.
ü Kurangi pamer hal-hal tidak bermanfaat.
Sudah bukan hal rahasia lagi jika sosial media menjadi ajang pamer bagi sebagian orang. Ada pamer yang sebenarnya bermanfaat seperti pamer kegiatan sosial dengan caption yang persuasif alias mengajak orang lain untuk sama-sama melakukan kegiatan serupa. Ada juga pamer yang kurang penting atau sebaiknya tidak dilakukan secara berlebihan seperti pamer segala sesuatu yang mewah atau lebih menuju ke gaya hidup hedonisme. Selain terkadang membuat orang lain risih, Anda pun juga bisa dicap sebagai orang yang sombong. Jadi ‘pamer’lah seperlunya dan pada tempatnya saja.
·         Hentikan kebiasaan “curhat” di sosmed.
Bagi sebagian orang yang suka ‘caper’ alias cari perhatian, sosmed jadi ajang untuk berkeluh kesah dan curhat. Jika sesekali saja mungkin tidak masalah, tapi jika terus menerus tentu bisa membuat orang lain risih. Tahukah Anda bahwa 90% teman di sosmed Anda tidak peduli dengan keluh kesah Anda? Jadi sebaiknya hentikan kebiasaan menumpahkan keluh kesah di sosmed, sebaliknya tunjukkan bahwa Anda orang yang tegar dan kuat.

·         Gunakan untuk hal-hal positif.
Jadikan sosial media untuk melakukan kegiatan yang positif dan membawa manfaat seperti menambah kenalan atau teman, memperoleh informasi penting, jual beli online atau sebagai ajang untuk menunjukkan karya-karya Anda. Dengan demikian, sosmed membawa keuntungan tersendiri bagi Anda. Namun tetap gunakan sosmed secukupnya atau tidak berlebihan sehingga tidak mengganggu kegiatan Anda di dunia nyata. Menggunakan sosmed dengan baik dan bijak adalah ciri netizen yang cerdas.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GENDER DAN PENDIDIKAN

Kasus Amoral selalu Sudutkan Perempuan, Mungkinkah karena Kurangnya Pendidikan Gender? Oleh: Yulia Eka Saputri (G000150131) www.cokl...